loader image
Breaking News

Menjauhi Sifat Iblis: Jalan Menuju Ampunan dan Rahmat Allah

Dalam perjalanan hidup, manusia pasti pernah tergelincir dalam dosa. Namun, yang membedakan antara hamba yang mulia dengan hamba yang celaka bukanlah soal pernah atau tidak pernah berdosa, melainkan bagaimana sikap mereka setelah berbuat kesalahan. Kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah iblis yang celaka karena kesombongannya, serta dari Nabi Adam A.S. yang beruntung karena sikap rendah hati dan taubatnya.

Lima Penyebab Celakanya Iblis

Dalam sebuah petuah yang disampaikan oleh Muhammad bin Aduari, disebutkan bahwa iblis celaka karena lima hal yang sangat membinasakan. Kelima sifat ini hendaknya menjadi peringatan keras bagi kita agar tidak mengikutinya:

  1. Tidak Mengakui Dosa
    Iblis membangkang perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam, namun ia tidak mau mengakui kesalahannya. Ia lebih memilih menyalahkan perintah Allah daripada mengakui dosa dirinya sendiri.
  2. Tidak Merasa Sedih atas Dosa
    Tidak ada penyesalan sedikit pun dalam diri iblis setelah melakukan dosa besar tersebut. Kesombongannya menutupi rasa sesal yang seharusnya muncul.
  3. Tidak Menyalahkan Diri Sendiri
    Iblis justru menyalahkan Allah dan Nabi Adam, tidak pernah ia mau menuding dirinya sebagai penyebab kesesatannya.
  4. Tidak Berkeinginan untuk Bertaubat
    Sikap keras kepala membuat iblis tidak mau kembali ke jalan Allah. Ia lebih memilih menetapkan kesesatannya daripada bertaubat.
  5. Putus Asa dari Rahmat Allah
    Puncak kehancuran iblis adalah keputusasaannya terhadap rahmat Allah. Ia yakin bahwa dirinya telah tertutup dari ampunan, padahal Allah Maha Pengampun bagi siapa saja yang mau kembali.

Kelima sifat ini menjadi cermin buruk yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sebab, berputus asa dari rahmat Allah adalah dosa besar yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang sesat.

Jenis-jenis Godaan Iblis terhadap Manusia

Iblis tidak bekerja sendirian. Ia memiliki keturunan yang bertugas menyesatkan manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Beberapa di antaranya adalah:

  • Al-Syabru: Membuat manusia tidak sabar menghadapi musibah, merasa marah kepada takdir, hingga berperilaku jahiliyyah ketika tertimpa cobaan.
  • Al-A’war: Menggoda manusia agar terjerumus dalam zina dan perbuatan asusila, dengan membangkitkan syahwat yang berlebihan.
  • Al-Saut: Menghasut manusia untuk bergosip, menyebarkan fitnah, dan menciptakan berita-berita bohong yang merusak persaudaraan.
  • Al-Dasim: Merusak keharmonisan keluarga dengan cara membuat penghuni rumah lalai dari dzikir dan membaca Al-Qur’an.
  • Al-Zalanbur: Mendorong manusia untuk melakukan kecurangan, penipuan, dan kebohongan dalam transaksi jual beli, khususnya di pasar.
  • Al-Khanzab: Mengganggu kekhusyukan shalat manusia, menanamkan rasa malas, serta membuat hati lalai dalam ibadah.

Dengan mengenali jenis-jenis godaan ini, kita bisa lebih berhati-hati menjaga diri, keluarga, dan lingkungan sekitar dari bisikan-bisikan jahat yang merusak.

Keteladanan Nabi Adam A.S.

Sebaliknya dari iblis, Nabi Adam A.S. menunjukkan sikap terpuji saat melakukan kesalahan. Dalam Al-Qur’an, disebutkan bagaimana Nabi Adam dan Hawa mengakui dosa mereka dengan penuh keinsafan:

“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’raf: 23)

Dari peristiwa ini, kita belajar lima hal penting:

  • Segera mengakui dosa tanpa berkelit,
  • Menyesal dengan hati yang tulus,
  • Menyalahkan diri sendiri atas dosa yang diperbuat,
  • Bersegera bertaubat kepada Allah,
  • Tetap berharap kepada rahmat dan ampunan Allah.

Dalam hadits, Rasulullah SAW juga bersabda bahwa penyesalan atas dosa adalah bagian dari taubat. Syaratnya adalah tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan tetap yakin bahwa rahmat Allah lebih luas daripada dosa-dosa kita.

Refleksi dan Pelajaran untuk Kita

Mengikuti sifat iblis berarti memperbesar peluang untuk celaka di dunia dan akhirat. Sedangkan meneladani Nabi Adam adalah jalan menuju keselamatan, ampunan, dan cinta Allah.

Karenanya, jika kita melakukan kesalahan, jangan pernah ragu untuk:

  • Segera memohon ampun,
  • Menyesali kesalahan dengan sungguh-sungguh,
  • Memperbaiki diri dan memperbanyak amal shalih,
  • Serta senantiasa berharap dan berdoa memohon rahmat Allah.

Allah tidak pernah menutup pintu taubat bagi siapa pun, selama kita sungguh-sungguh ingin kembali.

Penutup

Mari bersama-sama memperbaiki diri, meninggalkan sifat-sifat tercela yang menjadi sebab kehancuran iblis, dan menghiasi hati kita dengan sifat-sifat hamba yang dicintai Allah. Semoga Allah memberikan keistiqamahan kepada kita semua dalam belajar, beribadah, dan hidup dalam keberkahan, keselamatan, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.

About Redaksi Sirbin

Check Also

Tidak Boleh Tergesa-gesa Kecuali Lima Perkara

Dalam ajaran islam, kita diajarkan untuk tidak boleh tergesa-gesa dalam melakukan suatu hal. Karena tergesa-gesa …

Tinggalkan Balasan

Eksplorasi konten lain dari Sirojut Tholibin

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca