Wahai Fulan! Hentikan pekerjaanmu itu, biarkanlah para malaikat yang memandikan jasad Waliyuillah ini!
Seperti yang kita ketahui, santri adalah salah satu struktur yang paling dihormati dalam masyarakat. Semua santri dianggap sebagai kader yang siap memimpin baik dalam segi kemasyarakatan, terutama dalam segi agama. Oleh karena itu, setiap santri harusnya juga memiliki pengetahuan yang luas dalam segi keagamaan.
Beliau Al-habib Ali bin Hasan Baharun di dalam kitabnya menceritakan sebuah kisah unik yang menceritakan tentang kenakalan salah seorang santri.
Pada suatu hari, terdapat salah seorang santri yang keluar hendak mencari kebutuhan sang guru. Namun, disamping memenuhi hajat sang guru, santri ini ternyata bersenang-senang di luar tanpa sepengetahuan sang guru.
Saat sampai di tengah perjalanan, tepatnya di pusat sebuah desa, ternyata seisi desa tersebut tengah digegerkan dengan suatu masalah. Usut punya usut, ternyata kecemasan warga sekitar disebabkan karena meninggalnya seorang warga setempat. Dan yang menjadi permasalahan adalah, tidak ada satupun warga setempat yang bisa memandikan jasad sang mayyit.
Setelah melihat santri dengan pakaian islaminya, warga setempat langsung memaksanya untuk bersedia memandikan mayyit.
Alangkah terkejutnya sang santri mendengar permintaan para warga setempat. Ia tak kuasa menyanggupi permintaan warga karena memang dirinya tak sebaik yang mereka. Namun ia juga tak sanggup menolak karena ia adalah santri Ponpes ternama di daerah tersebut.
Alhasil, ia tetap menganggukkan kepala tanda setuju. Kebimbangannya semakin bertambah tatkala ia sudah berada di dalam tempat pemandian. Tempat ini hanya berdinding dan beralas kayu, serta berada tepat di samping sungai yang cukup deras. Setelah semua persiapan telah disediakan, ia masuk ke dalam bersama mayyit.
Waktu terus berlalu, namun tak ada satupun yang dilakukannya di dalam. Ia hanya mengerutkan kening, berpikir, dan menyesal. Tak ada satupun tindakannya yang dapat dibenarkan disini. Setelah sangat lama menunggu di dalam, secara tak sengaja ia menyenggol tubuh si mayyit hingga terjatuh ke sungai. Tak ada lagi yang dapat ia lakukan.
Para warga yang sudah menunggu beberapa saat, kini mulai ricuh dan akhirnya mendobrak pintu kamar mandi. Pandangan setiap mata kini tengah mencari satu sosok yang dirasa kurang, si mayyit. Dengan wajah sedikit marah, para warga bertanya kepada si santri “Wahai pencari ilmu! Dimana mayyit tadi?” seru salah seorang warga.
Mulanya, santri itu sedikit kebingungan menjawab pertanyaan ini. Setelah menenangkan diri sesaat, ia berkata “Mayyit dari kaum mu itu adalah Waliyullah”. Dengan terheran, salah seorang warga berkata “Mengapa kamu bisa berkata seperti itu?”. Dengan wajah tenang dan nada yang sopan, santri tersebut berkata “Sewaktu aku tadi hendak memandikan mayat itu, tiba tiba datang dua orang malaikat seraya berkata ‘Wahai Fulan! Hentikan pekerjaanmu itu, biarkanlah para malaikat yang memandikan jasad Waliyuillah ini!’. Akhirnya jasad kaum mu ini dibawa oleh malaikat ke langit untuk dimandikan”.
Oleh Muhammad Alwi Maulida
Sumber : Kitab Al-Fawaid Al-Mukhtarah