Idul Adha; Asal Mula Qurban

singsingkanlah bajumu agar darahku tak mengotorinya sehingga jika nanti ibu melihat tentunya ia akan bersedih

Momentum idul adha memiliki ibrah yang mendalam, karena mengingatkan kita pada kisah kekasih Allah; Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail AS. yang telah diabadikan di dalam al-Qur’an surat as-Shafat.

Suatu ketika, pada malam 8 dzulhijjah Nabi Ibrahim bermimpi, dalam mimpinya beliau diperintahkan untuk menyembelih putranya;Nabi Ismail, anak semata wayang yang telah dinanti-nantikan selama puluhan tahun dan yang sangat beliau sayangi. Harus disembelih dengan tangan beliau sendiri.

Nabi Ibrahim sangat bingung menyikapi mimpinya itu, tidak langsung membenarkannya tidak pula mengingkarinya. Sehingga beliau bermimpi kembali pada malam 9 dan 10 Dzulhijjah dengan mimpi yang sama dengan sebelumnya. Jadi, Nabi Ibrahim didatangi mimpi yang sama sebanyak 3 kali.

Akhirnya Nabi Ibrahim pun menceritakan mimpi tersebut kepada putranya, Ismail. Nabi Ismail siap dan rela untuk disembelih. Nabi Ibrahim tentunya merasa berat hati, namun beliau harus menjalankan perintah Allah meski harus kehilangan Putra kesayangannya.

Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim membawa putranya ke Mina untuk melakukan prosesi penyembelihan, Beliau membaringkan Ismail diatas sebuah tempat. Detik-detik sebelum penyembelihan berlangsung, Nabi Ismail berpesan pada ayahnya:

“Wahai ayahku, kencangkanlah ikatanku agar aku tidak bergerak, singsingkanlah bajumu agar darahku tak mengotorinya sehingga jika nanti ibu melihat tentunya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau dari leherku agar aku tidak begitu merasa kesakitan, dan yang terakhir; sampaikan salamku pada ibu” ucap Nabi ismail, dangan suara yang tegas.

Mendengarkan Pesan putranya, Nabi Ibrahim menciumnya sembari berlinang air mata, Nabi Ismail pun juga ikut menangis karena akan berpisah dengan kedua orangtuanya untuk selamanya.

Namun, ketika Nabi Ibrahim meletakkan pisau yang sangat tajam dileher putranya, atas kehendak Allah pisau tersebut tidak bisa melukai leher nabi Ismail, Nabi Ibrahim pun mengasah pisau tersebut lagi. Tapi, tetap saja tidak bisa memberikan bekas apapun dileher putranya, bahkan tak bisa menggoresnya sama sekali. Hingga Allah mengganti Domba untuk disembelih menjadi hewan kurban.

Kisah tersebut mengajarkan bahwa kita harus menjalankan perintah Allah meski terasa berat, sebab segala sesuatu yang diperintahkan Allah tentunya ada hikmah tersendiri , buruk dimata kita belum tentu bagi Allah.

Kisah tersebut juga mengajarkan bahwa hidup tak lepas dari cobaan, sebesar apapun cobaan itu akan dapat kita lampaui jika disertai dengan keimanan yang kuat, ketaatan dan kesabaran. Sebab Allah tak akan menguji hambanya melalui batas kemampuannya.[]

 

Oleh; Faahsinul Akhlak

Dikutip dari kitab Hasyiah Showi ala Tafsir Jalalain

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Beranda
Artikel
pesan
Tentang
%d blogger menyukai ini: