Suatu ketika Abu Hanifah kedatangan murid baru bernama Abu Yusuf dengan diantar ibunya. Sang ibu menyerahkan putranya kepada Abu Hanifah seraya menyampaikan keinginannya agar anak lelakinya kelak akan menjadi tukang kayu, bukan sebagai ulama. Namun tiba-tiba Abu Hanifah berkata “Biarkan anak anda ini belajar di sini, tak usah jadi tukang kayu. Kelak anak anda akan jadi orang mulia, tiap hari makan makanan raja”. Kejadian ini terjadi saat Abu Yusuf masih kecil.
Di kemudian hari, saat Abu Hanifah menjelang wafat, Abu Yusuf meminta nasehat kepada gurunya ini, namun pesan yang dia terima terlihat aneh, “al wathwath lahu maniyyun kamaniyyir rijal” (kelelawar itu mempunyai mani sebagaimana maninya kaum pria). Abu Yusuf pusing memikirkan kejadian ini. Ia bergumam “Bagaimana ini, aku minta wasiat, malah diberikan kalimat ini”.
“Abu Hanifah pandangannya jauh ke depan. Selepas ia wafat, Abu Yusuf menjadi ulama terpandang di masanya. Ia hidup di bawah kekhalifahan Harun Ar Rasyid”. Kata Gus Anam.
Satu saat, ketika Harun Ar Rasyid masuk ke kamar pribadinya. Ia terhenyak tatkala menemukan air sperma tercecer di atas ranjang yang biasa ia buat tidur bersama sang istri. Khalifah kebingungan, ia tak merasa melakukan hal demikian. Ia menduga, istrinya telah melakukan tindakan yang tidak pantas, namun bersama siapa gerangan?
Semua ulama tidak ada yang bisa memberi jawaban. Namun Abu Yusuf menjawab “solusi ada pada diri saya”. Ia menunjuk lobang di atas kamar seraya bertanya “Itu apa?”
“Oh, ini lobang angin” Jawab Khalifah
Abu Yusuf naik ke atas, ia menemukan kelelawar berdiam di sana. Wasiat Abu Hanifah beberapa tahun silam tentang kelelawar baru terungkap saat itu. Kemudian sebagai ungkapan kebahagiaan keluarga raja karena telah keluar dari cobaan besar, Abu Yusuf diangkat menjadi hakim tertinggi (qadlil qudhah), setiap hari makan makanan raja. Terjawab teka-teki waliyullah Imam Abu Hanifah.
KH Zuhrul Anam, Banyumas