Aku hanya memiliki bekal kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya
Sudah menjadi kodrat bagi manusia untuk saling mencintai. Dunia fana yang tak ada keabadiaan ini ternyata membutuhkan sesuatu yang benar-benar abadi, cinta. Entah definisi apa yang pantas bagi kata satu ini. Ketika sesuatu telah tersemat kata cinta, maka ke-fana-an dunia terasa telah sirna terganti abadi. Semuanya pun akan terasa menjadi indah karenannya.
Lantas siapakah orang yang pantas disematkan kata cinta?
Dalam sebuah kesempatan, sahabat bertanya kepada Rasulullah “ Ya Rasulallah! Kapankah kiamat akan tiba?”. Rosulullah pun tersenyum seraya menjawab “Mengapa engkau bertanya? Apakah engkau sudah mempersiapkan segalanya untuk hari kiamat?”.
Mendengar pertanyaan Rasulullah yang terakhir ini membuatnya menunduk malu. Namun, dengan mantap dan tegas ia menjawab “Aku hanya memiliki bekal kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya”. Jawaban ini sontak membuat semua orang terketuk hatinya. Lantas Rasulullah bersabda :
المَرْءُ مَعَ مَنْ اَحَبَّ
”Seseorang itu akan bersama orang yang dicintainya”
Dari gambaran diatas sudah jelas bahwa kata cinta hanya pantas kita sematkan kepada Alah dan Nabi Muhammad saja. Setidaknya, sebagai seorang muslim, walaupun kita belum dapat menikmati kecintaan kepada sang Khaliq, haruslah kita menanamkan rasa cinta kepada utusan-Nya. Karena Rasulullah itu ibarat tangga menuju keselamatan yang haqiqi dan tak pernah diragukan selamannya. Sangat jelas Syaikh Al-Busyiri menggambarkan tangga keselamatan yang ada di dalam diri Rasulullah dengan sebuah baitnya :
ولن يضيق رسول الله جاهك بي * اذالكريم تجلّي باسم منتقم
“Keagunganmu ya Rasulallah, tak akan pernah menyempitkan daku, ketika Allah Yang Maha Mulia melakukan penyiksaan, hingga ia berhias dengan sebutan Sang Penyiksa.”[]
Diceritakan oleh Romo K.H. Muhammad Shofy Al-Mubarok
dalam pengajian rutinan maulid burdah