sirojuth-tholibin.net – Dalam pengajian kitab Nashoihul ‘Ibad yang disampaikan oleh Romo KH. Muhammad Shofi Al Mubarok pada Kamis Kliwon tanggal 17 Juli 2025, terdapat nasehat-nasehat berharga dari Sayyidina Umar RA yang patut direnungkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Nasehat ini mencakup tiga pilar utama: menjaga lisan, bersikap wira’i, dan qana’ah.
1. Menjaga Lisan (Hifzhul Lisan)
Sayyidina Umar RA pernah menyampaikan bahwa ia tidak menemukan teman yang lebih dekat dan lebih baik dari lisan itu sendiri. Pentingnya menjaga lisan ini ditekankan dengan pepatah “Salamatul insan fi hifdzil lisan” yang berarti keselamatan manusia terletak pada kemampuannya menjaga lisan. Apabila lisan seseorang baik, insyaallah ia akan terjaga dari hal-hal yang buruk. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk tidak berbicara kecuali perkataan yang baik, sebab ucapan bisa menjadi doa.
Kanjeng Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menjenguk seorang Badui yang sedang sakit. Beliau mendoakan, “Thohurun insyaallah, la ba’sa” (Semoga suci dan tidak mengapa, insyaallah sehat). Namun, orang Badui tersebut justru merespons dengan pesimis, “Kulo niku wis tua, nggih ngeten niki masok saget sehat? Mboten biasane nggih ngeten niki tekan ajale” (Saya ini sudah tua, apa mungkin bisa sehat? Biasanya ya seperti ini sampai ajal menjemput). Kanjeng Nabi kemudian bersabda, “Na’am idzan” (Ya sudah, kalau begitu). Tak lama setelah itu, orang Badui tersebut meninggal dunia. Kisah ini menjadi pengingat betapa pentingnya berhati-hati dalam setiap ucapan.
Sahabat Abu Bakar RA bahkan saking hati-hatinya dalam berbicara, beliau sering mengulum batu yang sudah dibersihkan. Hal ini dilakukannya agar tidak berbicara sembarangan, kecuali jika benar-benar penting. Upaya beliau menunjukkan betapa seriusnya para sahabat dalam menjaga lisan.
Mbah Kiai Sahal Mahfudz dari Kajen pernah berpesan, “Wong iku nek kumpul nek punjul seko 5 menit 10 menit hampir-hampir ono ngerasanine wong” (Orang itu kalau berkumpul lebih dari 5 atau 10 menit, hampir pasti ada kegiatan menggunjing orang lain). Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dari ghibah (menggunjing) adalah hal yang sangat penting dan memerlukan kesadaran tinggi.
2. Bersikap Wira’i
Pilar kedua adalah wira’i. Sayyidina Umar RA menyatakan bahwa pakaian terbaik untuk keselamatan diri adalah wira’i. Wira’i berarti menjaga diri dari perkara syubhat (yang tidak jelas halal atau haramnya), apalagi dari hal yang jelas haram. Ibrahim bin Adham menjelaskan, wira’i adalah meninggalkan setiap perkara syubhat.
Contoh nyata dari sikap wira’i ditunjukkan oleh Mbah Kiai Zainal Abidin Munawir Krapyak. Suatu ketika, mobil yang ditumpanginya bersama sopirnya (seorang santri) melewati lampu merah. Sang santri memilih belok ke pom bensin hanya untuk memutar balik dan menghindari menunggu lampu hijau. Mbah Kiai menegur dan meminta kembali untuk mengisi bensin, karena telah menggunakan jalan pom bensin meskipun tidak mengisi. Ini menunjukkan betapa hati-hatinya para salafus sholih dalam menjaga diri dari hal-hal syubhat.
Kisah Imam Abu Hanifah juga mengilustrasikan wira’i dengan sangat baik. Beliau adalah seorang pedagang pakaian. Suatu hari, beliau menitipkan dagangannya kepada santrinya, Hafsh. Imam Abu Hanifah lupa memberitahu bahwa ada baju yang cacat. Baju cacat tersebut kemudian terjual. Ketika Imam Abu Hanifah kembali dan mengetahui hal itu, beliau menyedekahkan seluruh hasil penjualan baju cacat tersebut (misalnya Rp1.000) kepada fakir miskin, karena beliau merasa tidak yakin sepenuhnya apakah penjualan tersebut sudah benar-benar halal tanpa cacat tersebut diberitahukan sebelumnya. Ini adalah contoh luar biasa dari kehati-hatian dalam transaksi. Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Hurairah, “Kun warian takun a’badanasi” (Jadilah orang yang wira’i, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling ahli ibadah).
3. Qana’ah
Pilar ketiga adalah qana’ah, yaitu menerima apa adanya. Sayyidina Umar RA menyatakan bahwa tidak ada harta yang lebih utama dari qana’ah. Qana’ah berarti meninggalkan keinginan terhadap sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup dengan apa yang ada.
Sikap qana’ah ini membutuhkan istiqamah, dan terkadang memang berat. Sebagai contoh, ketika seseorang diberi uang Rp1.000, ia mungkin merasa senang. Namun, ketika melihat temannya diberi Rp500.000, bisa jadi muncul rasa iri. Inilah mengapa kita diperintahkan untuk qana’ah, menerima bagian yang telah ditetapkan untuk kita. Orang yang banyak qana’ahnya insyaallah akan merasakan ketenangan dalam hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak qana’ah cenderung kurang bersyukur, meskipun sudah mendapatkan banyak hal.
Kisah Mbah Kiai Syahid Kemadu, yang pondoknya dijuluki “Pondok Alhamdulillah”, menggambarkan sikap qana’ah dan syukur yang luar biasa. Setiap kali ada sesuatu, beliau selalu mengucapkan “Alhamdulillah”. Bahkan ketika melihat orang-orang buang hajat di sungai, beliau tetap mengucapkan “Alhamdulillah” karena anak dan istrinya di rumah tidak perlu melakukan hal serupa.
Mbah Kiai Arwani juga menunjukkan sikap qana’ah dan kebijaksanaan. Ketika ada yang mengeluh karena hanya memiliki anak perempuan, Mbah Kiai menjawab, “Alhamdulillah, tidak apa-apa. Nanti kalau sudah waktunya menikah, akan saya carikan santri penghafal Al-Qur’an“. Demikian pula ketika ada yang mengeluh hanya memiliki anak laki-laki, Mbah Kiai Arwani menjelaskan kebaikan memiliki anak laki-laki yang bisa diandalkan dalam berbagai pekerjaan. Bahkan ketika ada yang mengeluh memiliki banyak anak, Mbah Kiai Arwani tetap melihat sisi baiknya, yaitu kelak akan banyak yang mengirimkan rezeki ketika orang tua sudah sepuh.
Sikap qana’ah juga berarti mampu melihat sisi baik dari setiap kejadian. Bahkan jika memiliki pasangan yang galak, hal itu bisa dilihat sebagai kebaikan, karena “di dunia sudah disiksa istrinya” sehingga insyaallah bisa masuk surga tanpa hisab. Segala sesuatu dapat dilihat dari sisi baiknya. Apabila ada yang mencaci maki kita, itu justru “mengurangi dosa” kita.
Semoga kita semua dapat mengambil manfaat dari nasehat-nasehat Sayyidina Umar RA ini, serta senantiasa berusaha menjaga lisan, bersikap wira’i, dan qana’ah dalam setiap aspek kehidupan.
Sirojuth Tholibin Situs Resmi Ponpes Sirojuth Tholibin, Brabo.