Kang Nur memang sering dimintai tolong orang kampung yang hendak punya hajat agar berdoa supaya tidak turun hujan saat acara berlangsung. Namun ia paling tidak suka disebut ” Pawang Udan “, meski kebetulan setiap berdoa, Allah SWT mengabulkannya.
Hari ini Kang Nur kaget bukan kepalang, begitu kedua tamu yang datang menjelaskan bahwa mereka utusan bapak presiden yang memintanya berdoa agar tidak turun hujan saat beliau ngunduh mantu. Surat yang dibawa kedua tamu dipegang dan dibaca berulangkali, sambil sesekali ia mencubit tangannya sendiri, masih tak percaya jangan-jangan ini cuma mimpi. Malamnya ia sulit memejamkan mata, berulangkali surat dibaca kembali, setiap kata berusaha ia pahami. Pikirannya terfokus untuk hari esok. apa yang ia harus lakukan ? Bagaimana ia akan melaksanakan instruksi ?.
Sebelum berangkat Kang Nur menyempatkan diri sowan kepad Gurunya. Selain minta doa restu, segala gundah gulana hatinya dicurahkan kepada gurunya. Gurunya hanya tersenyum kecil, ” hehehe… Nur ..nur.. ngono iku wajar le ! Nompo layang penting soko wong penting banjur bingung, bengi ora iso turu mikir opo sing kudu dilakoni sesuke kanggo nglakoni isi ne layang ben ora keliru. sing ora wajar iku nompo layang penting soko Dzat sing nitahke wong penting yoiku nompo Qur’an soko Pengeran banjur ora diapa-apake. Bengi yo ora dipikir makna lan maksude. Awan yo ora ditindakke isine ! “. Kang Nur hanya melongo mendengarnya.
*) tulisan dari Facebook Gus Shofi