sirojuth-tholibin.net – Pengajian Kitab Nasiihul ‘Ibad (Nasihat Para Hamba), khususnya pada bahasan Maqolatul Khomisatu wal ‘Isruna (Nasehat ke-25) , mengajarkan sebuah hikmah penting yang berasal dari sebagian ahli ibadah (ba’dil ‘ubad).
Bahasan ini diawali dengan munajat di waktu malam (fil laili). Munajat sendiri dimaknai sebagai bisik-bisik, atau curhat, yang idealnya dilakukan oleh dua pihak, yakni diri kita sendiri dengan Allah SWT.
Sejalan dengan amalan munajat ini, ada sebuah riwayat (riwayatan bil makna) yang menyatakan bahwa seorang mukmin hendaknya memiliki tiga waktu minimal (Lil mukmin salasu saat) yang wajib diupayakan oleh setiap orang:
1. Saatun Yunaji Fiha Robbah (Waktu Munajat kepada Allah)
Ini adalah waktu yang digunakan untuk “matur-matur” (berbicara atau bercurhat) kepada Allah SWT. Waktu ini penting untuk menyambungkan diri kita dengan Allah SWT, khususnya pada malam hari.
Curhat di waktu ini dianjurkan untuk dilakukan hanya dengan Allah, bukan kepada sesama manusia, sebab sesama manusia juga memiliki masalah. Termasuk dalam waktu ini adalah berdoa. Esensi dari doa, menurut Mbah Kiai Munip Giri, adalah menunjukkan bahwa kita butuh kepada Allah SWT, bukan sekadar meminta untuk diberi.
2. Saatun Yuhasibu Fiha Nafsah (Waktu Muhasabah Diri)
Waktu minimal kedua adalah waktu yang digunakan untuk muhasabah atau introspeksi terhadap diri kita masing-masing.
Amalan muhasabah ini adalah cara untuk memeriksa amal perbuatan yang telah dilakukan.
- Jika terdapat dosa yang melibatkan hak Allah (haqqullah), maka harus segera memohon ampunan kepada Allah.
- Jika dosa tersebut melibatkan hak manusia (haqqul adami), maka harus memohon maaf kepada pihak yang menjadi korban.
3. Saatun Yakhlu Fiha Baina Nafsihi wal Ladzatiha (Waktu Kesenangan Diri)
Waktu ketiga adalah waktu yang digunakan untuk menyenangkan diri sendiri. Kesenangan diri yang dimaksud dalam konteks ini mencakup kebutuhan dasar, seperti makan, minum, dan tidur. Waktu ini menjadi penegas bahwa menjaga hak tubuh adalah bagian dari ketaatan agar ibadah dapat terlaksana dengan prima.
Ketiga waktu minimal ini hendaknya dimiliki oleh kita semua. Waktu-waktu tersebut menjadi sarana utama bagi seorang mukmin untuk menyambungkan hati dengan Allah SWT, sekaligus mencapai keseimbangan paripurna dalam menjalani hidup.
-intisari pengajian kitab nashoihul ‘ibad pada acara rutinan kamis kliwon yang bertepatan pada hari Kamis 4 Desember 2025/13 Jumadil Akhir 1447 H oleh romo KH. Muhammad Shofi Al Mubarok.
Sirojuth Tholibin Situs Resmi Ponpes Sirojuth Tholibin, Brabo.