sirojuth-tholibin.net – Setelah Sholat Dzuhur dan istirahat, Selasa (25/11/2025) melanjutkan seminar kebersihan, dibuka dengan ice breaking yang ditujukan untuk menghilangkan rasa kantuk peserta seminar.
Ice breaking yang diisi dengan permainan kata, mengharuskan peserta melakukan apapun yang dikatakan oleh moderator jika awalnya terdapat kata “kata kyai”, jika tidak ada kata tersebut, maka tidak boleh melakukannya, dan apabila melakukannya maka peserta dianggap kalah.
“cukup asyik untuk seru seruan dan menghilangkan rasa kantuk.” ucap As’ad, salah satu peserta seminar dari Ponpes Sirojuth Tholibin.
Setelah ice breaking dirasa cukup, bu Fitria Ariyani, Manajer Program Pengelolaan Sampah di P3M langsung memegang kendali acara. Materi dampak negatif dari sampah langsung tertera di layar tv led itu. Banjir bandang yang disertai sampah menjadi video pertama yang ditampilkannya.
Ibu Fitria menjelaskan, bahwa sampah yang ada di Indonesia bukan hanya dihasilkan oleh masyarakatnya saja, tetapi juga kegiatan impor dari suatu barang dan isinya juga terselip berbagai macam sampah.
“Kertas kita itu dari sampah kertas impor, karena sampah kertas mereka itu berkualitas, bagaimana sampah kertas kita bisa berkualitas jika tercampur dengan sambal, minyak, nasi dan lainnya.” Sindir bu Fitria.
Beliau juga menyoroti pengelolaan sampah di Indonesia yang belum bisa maksimal, buang sampah sembarangan hingga pemilahan sampah yang jarang dilakukan oleh masyarakat. Inilah yang menjadikan sampah di Indonesia kurang berkualitas, dan dengan itu pula negara kita menjadi belum maju.
“Masyarakat belum terbiasa mematuhi peraturan.” Tegas bu Fitria.
Tak hanya merusak alam, sampah plastik yang kita buang sembarangan bisa kembali lagi kepada kita dengan cara yang tak terduga duga. Berdasarkan video yang ditunjukkan oleh bu Fitria, terdapat ikan mati yang ketika isi perutnya dibuka terdapat banyak sekali sampah plastik yang terkonsumsi oleh ikan itu.
“Plastik termakan ikan, kemudian ikan dimakan manusia, jadi semua yang kita buang akan berdampak pula pada kita.” Ucap bu Fitria.
Tidak hanya sampah anorganik yang dapat menimbulkan bahaya besar, pada 21 Februari 2005 terdapat TPA dengan panjang 2 kilometer dan tinggi 60 meter meledak dan menyebabkan sampah itu longsor, yang kemudian menimpa pemukiman warga hingga menelan 157 korban jiwa. Sehingga pada setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai hari peduli sampah nasional.
Gas metana yang dihasilkan dari sampah organik bisa merusak lapisan ozon berkali kali lipat lebih cepat daripada asap kendaraan. Gas metana yang bertemu dengan suhu tinggi dapat menyebabkan ledakan yang biasa terjadi di tpa.
Bu Fitria juga mengingatkan bahwa mengurangi sampah itu tidak hanya ketika sampahnya sudah ada, tapi juga bijak dalam memilih bahan dari produk yang akan digunakan.Dengan cara meneliti bahan produk, kemasan, sedikit banyaknya sampah yang dihasilkan.
Dalam penutupannya ibu Fitria mengajarkan cara menggunakan biopori dan kompos bag yang menjadi alternatif dari pengolahan sampah organik. Sampah organik yang dikelola dalam biopori dan kompos bag nantinya bisa dibuat sebagai kompos atau pupuk organik.
Penulis: Afthan Muhammad Kafa, Santri Ponpes Sirojuth Tholibin
Sirojuth Tholibin Situs Resmi Ponpes Sirojuth Tholibin, Brabo.